Ujian Apoteker: Kerjakanlah Sendiri

31 Juli – 1 Agustus 2012

Bagaimana rasanya melakukan penelusuran pustaka dari puluhan bahkan ratusan pustaka? Untuk membuat sebuah obat lengkap dengan informasi monografi, farmakologi, formulasi, analisis sampai kemasan, etiket dan brosur yang harus ditulis tangan kira-kira dalam 50-60 halaman folio. Ya begitulah kurang lebih gambaran ujian pustaka apoteker di beberapa universitas. Waktu nya di berikan dari jam 8.00 pagi sampai jam 5 sore hari esoknya. Kurang lebih 16 jam waktu formal dan 10 jam waktu informal. Belum kepotong, sholat, makan, mandi dsb.

Karena itu, setiap orang persiapan dengan sangat matang, mulai dari meminjam buku sejak 3 bulan sebelumnya, mencari “partner” diskusi untuk waktu informal, menyiapkan rangkuman-rangkuman dan sebagainya. Saya pun berencana begitu, namun ternyata aktivitas, malas dan rasa optimisme ternyata membuat persiapan saya tak seheboh yang lain (jangan ditiru). Mulai dari mencari buku, saya bahkan baru meminjam buku-buku 2 minggu sebelum ujian, itupun tidak banyak, hanya buku-buku inti seperti farmakope, AHFS, GG, HOPE dan buku analisis farmasi. Untung masih ada yang bisa dipinjami. Untuk “partner” diskusi, saya juga bersantai karena banyak sekali kenalan adik tingkat, dari 3 angkatan di bawah sebagian besar pernah jadi adik mentor saya, 30 orang juga ada kenalan yang cukup dekat. Karena itu saya mencarinya 2 minggu sebelum ujian juga. Alasan lain adalah karena saya masih bingung akan menggunakan “partner” atau tidak, karena menurut saya, walaupun dosen-dosen secara implisit mengijinkannya (dengan pertimbangan, walaupun pakai partner, yang memutuskan apa yang ditulis, tetap peserta ujian) saya lebih sepakat bahwa segala hal harus dikerjakan sendiri. Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mencari dua partner untuk membantu mencari pustaka yang saya tidak punya, yaitu formulasi dan analisis. Ini karena alasan keterbatasan buku yang saya punya dan adanya hal teknis tidak penting yang akan memakan waktu bila saya lakukan sendiri, yaitu memfotokopi buku pustaka. Tidak semua hal serahkan pada mereka, ada hal-hal yang saya tandai, bahwa hal itu tidak perlu dikerjakan, karena menurut saya itu hal inti yang harus dikerjakan seorang peserta ujian apoteker sendiri, tanpa saran siapapun, seperti usulan formula, metode analisis dsb.

H-2 minggu rencana sudah matang, namun apa yang terjadi? Ternyata susah mencari partner, semua adik mentor sudah diambil orang sebelum H-2 minggu, ada temen yang punya partner 4 bahkan 5, tapi saya 0. Akhirnya opsi terakhir saya meminta angkatan 2010 yang bahkan belum belajar tentang formulasi, itupun dapat 1 saja, lalu meminta anak kimia yang jelas-jelas tidak belajar farmasi. Opsi terakhir dalam pikiran saya hanyalah, yang penting mereka ngebantu fotokopi pustaka, karena dari pengalaman, fotokopi pustaka saja sampai berjam-jam karena banyaknya antrian. Ini hal teknis yang seharusnya tidak dilakukan oleh peserta ujian andai saja punya semua buku yang dibutuhkan. Dan menurut saya hal inilah yang bisa dibantu, bukan sampai ikut memberikan saran formula, saran dosis dsb. Ya ini menurut saya pribadi, silakan tanya hati nurani masing-masing.

Hari ujian semakin dekat, namun bukan berarti meninggalkan amanah, H-semingguan, saya diminta menjadi fasilitator untuk kunjungan bidik misi ke Wika Beton, ya sudah jalani saja karena ini memang amanah yang dulu saya terima, jangan menggunakan alasan belajar ujian untuk meninggalkan amanah. Ada satu amanah yang saya tolak karena memang persiapannya persis sama dengan waktu ujian, dalam hal ini tidak mungkin lagi saya menerima amanah itu, maka saya tolak. Selain itu saya juga harus ngurus suvernir untuk pembimbing KP di Kalbe Farma. H-4 ada masalah lagi, ternyata panitia teknis dari himpunan belum dihubungi karena miskomunikasi, jadi saya harus mengurusnya karena memang tanggung jawab saya, jangan sampai seangkatan terkorbankan karena miskomunikasi ini. Akhirnya H-1 urusan ini selesai. H-14 jam, saya buka bareng BPH Gamais 2010, cukup membuat senang sehingga membuat diri agak tenang plus doa-doa temen-temen di FB juga Ibu di rumah. Dengan persiapan yang tidak semaksimal yang lain akhirnya saya ikut ujian.

Saat dibuka, ternyata soalnya “ Norfloksasin 500 Tablet”. Alhamdulillah dapat tablet, setidaknya saya pernah jadi asisten laboratorium tablet sehingga sedikit banyak lebih tahu dibanding sediaan lain. Namun ternyata Norfloksasin itu termasuk obat baru di Indonesia, di FI IV maupun suplemenya belum ada, di undang-undang penggolongan obat pun belum ada. Jadi hari pertama harus menunggu fotokopian USP, BP dan EP untuk mngerjakan monografi, Alhamdulillah hari pertama sampai bab 2 hampir selesai.

Setelah pulang ketemu “partner” dan ternyata seorang partner pulang karena ada urusan, satu lagi sudah membantu mengerjakan formulasi, namun ternyata salah karena memang dia belum belajar formulasi, fotokopian buku yang difotokopi pun ternyata hampir semua sama persis dengan apa yang sudah saya fotokopi di kampus. Dalam hati berkata, seharusnya saya tidak perlu mencari partner kalau begini jadinya, namun ada hal yang penting, bahwa partner saya telah menemani saya tidak tidur dan menemani ngobrol, cerita-cerita tentang organisasi, sholat bareng, makan bareng dsb. Walaupun tidak banyak membantu dari segi ujian, namun membantu dari segi psikologis, terimakasih ya.

Akhirnya setelah sholat isya’ saya putuskan, semuanya akan saya kerjakan sendiri!

Alhamdulillah, mungkin ini cara Allah agar ujian saya berkah dan murni hasil pemikiran saya sendiri. Sehingga nanti apapun hasilnya, itu adalah memang mencerminkan ilmu pengetahuan saya tentang farmasi, tanpa bantuan, saran ataupun campur tangan orang lain.

Singkat cerita, format jurnal saya selesaikan sampai jam 5 pagi. Jam 5-6 disempatkan tidur sejam, lalu bersiap berangkat untuk ujian hari kedua. Selesai jam 16.00 sehingga bisa tidur di kelas. Ada beberapa kesalahan yang saya lakukan di formulasi dan analisis yang baru saya sadari saat ujian telah selesai. Semoga tidak terlalu dipermasalahkan oleh penguji.

Begitu kurang lebih, pengalaman ujian pustaka kali ini, kesimpulannya, ujian ini sebenarnya bisa kita kerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun. Masih ada dua kali ujian lagi, lisan dan praktek. Doakan kita semua lulus ya, apapun yang terjadi, work hard, pray hard and tawakkal, believe that Allah give the best for us.

 

 

 

4 responses to “Ujian Apoteker: Kerjakanlah Sendiri

Tinggalkan komentar